• Senin-Jum'at: 7am-16pm
  • JL. Alianyang No. 7B Pontianak
  • dlh@pontianak.go.id
  • FAQs
  • Login JAS
blog

KOLABORASI BALAI WILAYAH SUNGAI KALIMANTAN I (BWSK I) KEMENTERIAN PUPR DAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA PONTIANAK MEMPERKENALKAN BIOPORI KE SD DAN SMP SE-KOTA PONTIANAK

Balai Wilayah Sungai Kalimantan I yang merupakan bagian dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak dalam rangka memperkenalkan dan memasang biopori di SD dan SMP Se-Kota Pontianak. Adapun kegiatan ini dimulai dan secara simbolis dilaksanakan di SMPN 11 Kota Pontianak pada tanggal 13 September 2023.

            Kegiatan ini tentunya dilatarbelakangi oleh banyaknya air hujan yang turun di suatu daerah kota padat pemukiman tidak dapat diserap dengan maksimal oleh tanah karena sebagian besar permukaan tanah di daerah tersebut sudah tertutup oleh lapisan beton maupun aspal yang tidak mampu untuk menyerap air hujan dengan baik, sehingga air akan terbuang melalui saluran air seperti parit, selokan, maupun sungai. Namun, apabila saluran air tersumbat, maka akan mengakibatkan terjadinya banjir.

Di sisi lain, kurangnya resapan air oleh tanah mengakibatkan berkurangnya volume cadangan air tanah yang dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut tentu akan terasa dampaknya pada saat musim kemarau yang mengakibatkan warga kekurangan air bersih, sehingga terpaksa membeli air pada penyedia air yang bahkan harganya melebihi harga normal. Efek dari kurangnya persediaan air ini menjadi efek domino yang berujung kepada permasalahan di sektor lain seperti kesehatan, pertanian, peternakan, perikanan, hingga ke perdagangan.

Namun, keterbatasan lahan resapan air dapat dimaksimalkan dengan pembuatan biopori. Sebagai informasi, biopori bekerja dengan cara menambah luas permukaan tanah yang mampu meresap air. Selain itu, biopori juga menampung air hujan untuk sementara waktu dalam bentuk genangan. Tidak hanya itu, adanya sampah organik yang dimasukkan ke dalam biopori mengundang organisme tanah seperti cacing tanah masuk ke dalam lubang biopori untuk mendekomposisi sampah organik. Terbentuknya jalur yang dibuat oleh cacing tanah ini berperan dalam meningkatkan luas permukaan tanah yang mampu menyerap air yang masuk.

Dengan adanya sampah organik yang masuk ke dalam biopori, biopori juga berperan sebagai sarana untuk membuat kompos. Cukup dengan memasukkan sampah organik seperti serasah daun kering atau rumput kering, dalam waktu 3 bulan sampah organik yang dimasukkan sudah terdekomposisi menjadi kompos sehingga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Adanya biopori juga menyuburkan tanah di sekitarnya karena adanya hasil dekomposisi sampah organik di dalam tanah serta meningkatkan areasi tanah akibat adanya jalur yang di buat oleh cacing tanah menuju lubang biopori.

Biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon berbahan PVC tipe D dengan ukuran yang bisa ditentukan sesuai kebutuhan. Idealnya ukuran diameter biopori yakni 3 inci dengan kedalaman 1 meter serta tidak melebihi kedalaman muka air tanah. titik lokasi yang akan ditanam biopori kemudian dilubangi dengan menggunakan bor. Selanjutnya biopori yang telah dibuat dimasukkan ke dalam lubang kemudian diisi dengan sampah organik. Kemudian biopori ditutup dengan tutup pipa yang memiliki lubang agar gas hasil dekomposisi bisa keluar dan tidak tertahan. Setelah 3 bulan kompos yang terbentuk di dalam biopori bisa diambil untuk digunakan sebagai pupuk.

Dalam agenda ini Ditjen SDA menargetkan 100.000 biopori tertanam di seluruh wilayah Indonesia. Dalam agenda ini BWS Kalimantan I bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pontianak untuk mensosialisasikan sekaligus mengedukasi dan memasang biopori di SD, SMP, dan SMA yang ada di Kota Pontianak. Adapun beberapa sekolah yang menjadi target  biopori yaitu SMPN 11, SMPN 13, SMAN 02, SMPN 16, SMPN 17, SDN 16, SDN 28 dan SDN 40 yang ada di Kota Pontianak.